PENJELASAN MENGENAI JENIS ASPAL, BAHAN SUSUN JALAN, PROSES TERJADINYA ASPAL
TEKNIK JALAN RAYA III
PENJELASAN
MENGENAI JENIS ASPAL, BAHAN SUSUN JALAN, PROSES TERJADINYA ASPAL
1.
JENIS-JENIS ASPAL
Jenis
aspal sendiri bermacam-macam, ada aspal dari alam, aspal buatan hasil distilasi
hingga aspal yang dimodifikasi.
Berikut ini adalah penjabaran dari
masing-masing jenis aspal tersebut.
A. Aspal Alam
Aspal
alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melewati serangkaian
proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang berbentuk batuan bisa diperoleh
di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal alam yang bersifat plastis bisa
ditemukan di Danau Pitch, Republik Trinidad. Sedangkan aspal yang memiliki
wujud berada di sekitar perairan segitiga Bermuda. Berbeda dengan segitiga
Bermuda yang mengandung aspal murni, kandungan aspal yang terdapat di Pulau
Buton dan Danau Pitch tidak murni dan tercampur dengan mineral yang lain.
Material aspal yang berasal dari
alam didapat dari proses alami, baik dari gunung aspal maupun dari danau.
1. Aspal Batu / Rock Asphalt
Aspal
gunung juga sering disebut dengan aspal batu. Di Indonesia, sumber daya alam
aspal terbesar didapat dari pulau Buton yang gunung aspalnya dikenal dengan
sebutan asbuton. Jenis aspal itu juga sering disebut BUTAS ( Buton Aspal ),
terdapat pada batu-batu karang sehingga bercampur dengan kapur (CaCo). Umumnya
berupa susunan bahan 35 % bitumen, 60% bahan mineral, dan 5% bahan lainnya.
Pemakaian aspal dari batuan harus mengalami proses ekstraksi yang kemudian
dicampur dengan minyak pelunak.
Proses
terjadinya rock asphalt adalah terjadi pada daerah yang mengandung minyak bumi
dan aspal.Akibat terjadinya gerakan-gerakan pada lapisan kulit bumi menyebabkan
terjadinya penurunan atau retak-retak pada permukaan bumi.Dengan adanya tekanan
dari bawah lapisan kulit bumi menyebabkan keluarnya minyak bumi.Apabila tekanan
yang tejadi besar, maka minyak bumi akan keluar dengan aspal yang dikandungnya,
akan tetapi sebaliknya, apabila tekanan itu lemah maka minyak bumi akan
merembes melalui retakan-retakan dan aaspal itu tertinggal. Pada proses
perjalanan minyak bumi tadi, akan melalui batuan-batuan yang sifatnya p[orous
sehingga minyak bumi yang mengandung aspal akan meresap pada lapisan batuan
porous tersebut dan terjadilah rock asphalt.
Indonesia
memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton
(Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan
jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional.
Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang
ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat
bervariasi dari rendah sampai tinggi.
Produk asbuton dapat dibagi menjadi
dua kelompok yaitu :
1. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton
kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt. (Kadar bitumen
<20 )
2. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui
proses ekstrasi atau proses kimiawi. Produk ini bisa langsung dipakai untuk
mengaspal jalan. (Kadar bitumen >20%)
2. Aspal Danau / Lake Asphalt
Sedangkan
di belahan dunia lain, aspal danau akan banyak ditemukan di pulau Trinidad dan
Venezuela yang aspalnya memiliki campuran mineral, bitumen serta bahan organik
lain. Angka penetreasi dari jenis aspal danau memiliki tingkat yang rendah dan
titik lembek yang cukup tinggi. Oleh sebab itu penggunaan aspal danau akan
dicampur dengan aspal keras agar mendapatkan tingkat penetrasi yang diinginkan.
3. Aspal Cair
Aspal
ini terdapat di Segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni.
B. Aspal Buatan/ Aspal Minyak
Aspal
buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi yang diproses sedemikian rupa
menggunakan metode tertentu yang relatif rumit. Proses ini disebut destilasi.
Destilasi sendiri merupakan proses penyulingan yang memisahkan minyak bumi
dengan fraksi di dalamnya dengan menaikkan temperatur minyak bumi tersebut.
Secara
garis besar aspal buatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu aspal keras, aspal
cair, dan aspal emulsi.
1. Aspal Keras/ Asphalt Cement
Aspal
keras adalah aspal yang mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi. Penetrasi yang
dimiliki oleh aspal ini berkisar antara 60-80. Aspal keras umumnya dipakai
menjadi bahan baku pembentuk jalan aspal. Aspal keras merupakan hasil residu
dari proses destilasi sederhana dari fraksi ringan yang terkandung dalam minyak
bumi dan fraksi di dalamnya. Aspal ini juga sering digunakan sebagai bahan
pembuatan Asphalt Cement. Residu ini dihasilkan dari destilasi hampa pada suhu
480o C atau bervariasi, tergantung dari sumber minyak mentah yang digunakan.
Asphalt cement pada temperatur ruang
(25oC – 30oC) berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis
tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya.
Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi pada
temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai viskositanya. Di Indonesia aspal
semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya,yaitu :
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan
penetrasi antara 40-50
2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan
penetrasi antara 60-70
3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan
penetrasi antara 85-100
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan
penetrasi antara 120-150
5. AC pen 200-300, yaitu AC dengan
penetrasi antara 200-300
Aspal
cement dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas atau
lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi
digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah.
Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60-70 dan
80-100.
2. Aspal Cair / Aspal Dingin (Cut
Back Asphalt)
Aspal
cair adalah aspal yang memiliki wujud cair. Paling sering aspal ini
dimanfaatkan untuk keperluan pengikatan bahan bangunan. Aspal cair adalah
campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak
bumi. Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair dalam temperatur ruang.
Aspal yang digunakan sebagai lapis resap pengikat (prime coat) yaitu aspal tipe
MC-30, MC-70, atau MC-250. Sementara itu, tipe aspal yang dipakai untuk lapis
pengikat (tack coat) antara lain RC-70 atau RC-250.
Produksi jenis aspal cair didapat
dari melarutkan aspal keras dengan pelarut berbasis minyak yang didapat dari
proses distilasi. Berdasarkan bahan cairnya dan kemudahan menguap bahan
pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :
1. RC (Rapid Curing Cut Back):Merupakan
aspal semen yang dilarutkan dengan bensin atau premium. RC merupakan cut back
aspal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt digunakan
sebagai:
- Tack coat (Lapis perekat)
- Prime Coat (Lapis resap pengikat)
2. MC (Medium Curing Cut Back):Merupakan
aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental seperti
minyak tanah. Pelarutnya tidak begitu cepat menguap
3. SC (Slow Curing Cut Back) yang
bahan pelarutnya lambat menguap dengan bahan pelarut solar.
SC Cut back asphalt digunakan
sebagai:
- Prime coat
- Dust laying (lapis pengikat debu)
4. Merupakan aspal semen yang
dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti solar. Aspal jenis ini
merupakan cutback aspal yang paling lama menguap.
3. Aspal emulsi
Aspal
jenis ini dihasilkan dari proses emulsi aspal keras di mana proses tersebut
merupakan proses pemisahkan dan pendispersian partikel aspal keras di dalam air
yang sudah mengandung emulsifier. Emulsifer agent merupakan ion bermuatan
listrik (Elektrolit), (+) Cation, (-) Annion. Emulsifer agent berfungsi sebagai
stabilisator. Proses ini menghasilkan partikel yang sangat kecil namun memiliki
kemampuan mengikat dengan cepat.
Jenis
emulsifer yang digunakan akan mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan aspal
emulsi yang nantinya akan dihasilkan. Hasil dari aspal emulsi tersebut terdapat
tiga jenis, antara lain aspal emulsi non ionic (bersifat netral), aspal emulsi
kationik (memiliki ion positif) dan aspal emulsi anionic (memiliki ion
negatif). Kelebihan-kelebihan dari aspal emulsi ialah gampang digunakan,
memiliki daya ikat yang baik, dan tahan terhadap cuaca yang ekstrim. Seluruh
rangkaian proses pengolahan tersebut biasanya dilaksanakan di pabrik khusus
pembuatan aspal.
Berdasarkan muatan listrik yang
dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
1. Kationik, disebut juga aspal
emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positif.
2. Anionik, disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi
yang bermuatan negatif.
3.Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi,
berarti tidak mengantarkan listrik.
Yang umum digunakan sebagai bahan
perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya
aspal emulsi dibedakan atas
• Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi
sehingga pengikatan cepat terjadi. digunakan untuk Tack Coat
• Medium Setting (MS), digunakan untuk Seal Coat
• Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap,
digunakan Sebagai Prime coat
C. Aspal Modifikasi
Jenis
aspal yang satu ini merupakan aspal yang dibuat dari campuran antara aspal
buatan khususnya aspal keras dengan bahan tambahan tertentu. Umumya yang
digunakan sebagai bahan campuran adalah berbagai jenis polymer seperti polymer
plastomer dan polymer elastomer. Campuran bahan tersebut berfungsi untuk
meningkatkan elastisitas serta sifat fisik pada aspal modifikasi.
Bahan campuran tambahan yang populer
digunakan adalah polymer hadala, sehingga bahan aspal modifikasi ini sering
disebut dengan aspal polymer.
Aspal polimer ini dibedakan menjadi
dua jenis yaitu:
1. Aspal polymer plastomer
Penambahan
bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat fisik campuran
aspal dan sifat rheologinya. Jenis polymer plastomer yang banyak digunakan
adalah EVA (Ethylene vinyle acetate), Polyethilene dan Polypropilene.
2. Aspal polymer elastomer
Aspal
jenis ini sering digunakan sebagai campuran aspal keras karena dapat
memperbaiki sifat rheologi aspal yang meliputi penetrasi, kekentalan, titik
lembek dan elastisitas aspal keras. Aspal polymer elastomer jenis SBS (Styrene
butadiene sterene), SBR (Styrene butadiene rubber), SIS (Styrene isoprene
styrene) dan karet hadala adalah yang umum digunakan sebagai pencampur penambah
aspal keras. Penambahan tersebut harus melewati uj laboratorium karena jika
berlebihan akan menimbulkan efek negatif pada aspal.
2.
BAHAN SUSUN ASPAL
Secara umum bahan susun Beton Aspal
terdiri atas:
1. Agregat
Agregat
merupakan sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir ataupun komposisi
mineral lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil olahan (manufacture
aggregate) maupun hasil buatan (synthetic aggregate) yang digunakan sebagai
bahan penyusun perkerasan jalan.
Menurut
Asphalt Institute (2001) agregat adalah suatu mineral padat dan keras yang
digunakan pada campuran aspal panas, yang dapat berupa pasir, kerikil batu
pecah, slag dan debu batu. Agregat adalah 90-95% berdasarkan berat dan 75-85%
berdasarkan volume dari sebagian besar campuran aspal panas. Dengan demikian
daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat agregat
dan hasil pencampuran agregat dengan aspal.
Jenis agregat menurut ukuran
butirnya diklasifikasikan sebagi berikut:
1. Agregat kasar, batuan yang tertahan
saringan Nomor 8 (2,36 mm)
2. Agregat halus, batuan yang lolos
saringan Nomor 8 (2,36 mm) dan tertahan saringan Nomor 30 (0,6 mm)
3. Bahan pengisi (filler), batuan lolos
saringan Nomor 200 (0,075 mm)
Bahan pengisi (filler) adalah
kumpulan mineral agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) digunakan
untuk mengisi rongga di antarapartikel bahan susun lapis keras. Menurut Bina
Marga (1987), filler adalah bahan berbutir halus yang lolos saringan Nomor 30
(0,6 mm) dimana prosentase berat butir yang lolos saringan Nomor 200 minimum
65%.
Secara umum, syarat agregat dapat
digunakan sebagai bahan jalan yaitu:
a.
Tahan lama (durable-resistance to
abrasive), batuan harus mempunyai kualitas yang cukup tahan terhadap pemecahan
degradasi (timbulnya bahan-bahan halus yang besarnya lolos saringan #100 dan
tertahan #200 yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanis (lalulintas) atau
gaya yang berlebihan sebelum dilakukan mixing atau pencampuran) dan
disintegrasi (pemecahan atau pemisahan partikel-partikel batuan yang disebabkan
karena gaya-gaya kimia).
b. Kekuatan dan kekerasan agregat harus
tahan terhadap keausan dan degradasi sehingga dapat memberikan kekuatan dukung
campuran sebagai lapis permukaan.
c. Tahan terhadap stripping
(pengelupasan permukaan batuan), yaitu dituntut mempunyai adhesi yang baik
dengan bahan ikatnya dan juga permukaan agregat yang bersih.
d. Harus memiliki tahanan terhadap
polishing agar dapat menyediakan koefisien gesek yang cukup dan dapat bertahan
lama.
e. Harus memiliki ketahanan terhadap
cuaca, antara lain perubahan suhu, air dan kembang susut.
f. Bentuk partikel yang menyudut
(angular) akan mempunyai angka gesek yang lebih besar sehingga akan
meningkatkan stabilitas campuran.
g. Tekstur permukaan yang kesat dan
kasar memberkan gaya gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan
stabilitas campuran.
2. Aspal
Aspal
merupakan campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral yang berwarna cokelat
hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam lauran
CS2, CCl4 maupun CHCl3 dengan sempurna serta mempunyai sifat berlemak dan tidak
larut dalam air (Krebs and Walker, 1971).
Aspal
didapatkan dengan proses proses destilasi minyak mentah denagn keadaan vakum
udara pada suhu sekitar 480 C (900 F). temperature yang digunakan dapat berbeda
tergantung dari jenis minyak mentah yang digunakan atau jenis aspal yang
diproduksi.
Komposisi
aspal terdiri dari 4 golongan senyawa kimia, yaitu asphaltenes, resins,
aromatic dan saturates yang selanjutnya gabungan antara resins, aromatic dan
saturates sering disebut kelompok maltenes. Kadar kelompok-kelompok kimia
tersebut berbeda-beda sesuai dengan nilai penetrasi aspal.
Aspal
pada konstruksi perkerasan jalan digunakan sebagai pengikat dan pengisi antar
agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak dan sebagai pelindung dari
air, selain itu sebagai bahan pengikat yang memberikan ikatan yang kuat antar
aspal dan agregat dan antar aspal itu sendiri. Karena fungsinya yang vital,
maka aspal harus mempunyai daya tahan terhadap cuaca, mempunai adhesi, kohesi
dan memberikan sifat elastic yang tinggi.
Beberapa
persyaratan aspal sebagai bahan jalan adalah:
a.
Kekakuan (stiffness), dalam hal ini
aspal harus memiliki kekakuan atau kekerasan yang cukup agar cukup dapat mempertahankan
bentuknya.
b. Mudah dikerjakan (workability)
Workability yang cukup akan
memudahkan pelaksanaan penggelaran bahan dan juga dalam pemadatannya untuk
memperoleh lapis yang pada dan kompak.
c.
Kuat tarik (tensil strength) dan
adhesi (adhesion)
Kuat tarik dan adhesi yang cukup
sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat akan tahan terhadap retak
(cracking) yang ditambah oleh kuat tarik, pengulitan (stripping) yang ditahan
oleh adhesi, goyah (raveling) yang ditahan oelh kuat tarik atau adhesi.
d. Tahan terhadap cuaca
Kondisi perkerasan jalan yang
mengalami perubahan cuaca mengharuskan aspal mempunyai sifat ini sehingga dapat
memenuhi kebutuhan lalulintas serta tahan lama.
Sifat
aspal yang dominan pada perilaku lapisan aspal keras jalan adalah termoplastis
dan sifat keawetan (durability). Sifat termoplastis, yaitu jika dipanaskan akan
melembek dan dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel
atau agregat selama proses pembuatan aspal campuran panas. Sedangkan sifat
keawetan, yaitu kemampuan aspal mempertahankan sifat aspalnya akibatnya proses
pelaksanaan konstruksi, pengaruh cuaca dan beban lalulintas pada masa
pelayanan.
Dalam
kaitannya sebagai unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, setiap sumber minyak
bumi menghasilkan molekul aspal yang berbeda-beda sifat fisiknya sehingga perlu
adanya pemeriksaaan laboratorium untuk setiap aspal yang akan digunakan. Hasil
pengujian laboratorium tersebut harus memenuhi spesifikasi sifat fisik aspal
yang telah ditetapkan. Penambahan additive pun mempengaruhi sifat fisik aspal,
dimana tujuan dari penambahan additive ini adalah utnuk meningkatkan kualitas
aspal.
Pengujian yang dilakukan terhadap
sifat fisik aspal antara lain sebagai berikut:
a.
Penetrasi (penetration)
Pengujian penetrasi aspal adalah
untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Nilai penetrasi yang besar
menunjukkan aspal yang lunak dan sebaliknya nilai penetrasi yang kecil
menunjukkan aspal yang keras. Pengujian penetrasi juga dilakukan setelah adanya
kehilangan berat. Hubungan nilai penetrasi dalam pelaksanaan terkait dengan
suhu perkerasan, lokasi penggunaan aspal, jenis konstruksi dan kepadatan lalu
lintas.
b. Titik lembek aspal (softening point)
Pengujian
ini merupakan indicator kepekaan aspal terhadap temperature. Titik lembek
merupakan suhu pada saat aspal menjadi lembek karena pembebanan dan kecepatan
pembebanan tertentu. Aspal dengan titik lembek yang rendah menunjukkan aspal
tersebut sanagt peka terhadap pengaruh suhu sehingga aspal tersebut kurang baik
jika digunakan.
c.
Titik nyala (flash point)
Titik nyala adalah suhu diaman pada
saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal. Pengujian
ini perlu dilakukan untuk mengetahui temperature maksimum pemanasan aspal
sehingga aspal tidak terbakar.
d. Kehilangan berat (lost in heating)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengurangan berat aspal akibat penguapan bahan-bahan yang mudah
menguap dalam aspal. Penurunan berat yang besar menunjukkan banyaknya bahan
yang hilang karena penguapan sehingga aspal akan cepat mengeras dan menjadi
rapuh.
e.
Kelarutan dalam CCl4 (solubility)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk
menentukan kemurnian aspal. Jika semua bitumen yang diuji larut dalam karbon
tetra klorida (CCl4) maak bitumen tersebut murni.
f.
Daktilitas (ductility)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk
mengetahui sifat kohesi dalam aspal itu sendiri dan juga sifat elastisitas dari
aspal. Untuk dapat mengetahui perubahan suhu perkerasan, aspal mempunyai
daktilitas yang tinggi, namun jika terlalu tinggi akan memberikan performance
yang kurang baik.
g. Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis aspal meruapakn
perbandingan berat aspal dan berat air pada volume yang sama dan pada suhu
tertentu. Berat jenis aspal diperlukan untuk perhitungan analisa campuran.
h. Viskositas (viscosity)
Pemeriksaan viskositas bertujuan
untuk mengetahui kekentalan aspal. Viskositas aspal erat kaitannya dengan kemudahan
pengerjaan aspal dalam proses pencampuran atau penyemprotan serta memaksimalkan
pemadatan. Dari hasil pemeriksaan akan diperoleh temperature untuk kekentalan
aspal yang paling baik dalam proses pencampuran dan penyemprotan.
3.
PROSES TERJADINYA ASPAL
Sebagian besar
dari aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak bumi.
Meskipun demikian, sejumlah besar aspal terjadi dalam
bentuk terkonsentrasi di alam. Alami deposito
aspal / bitumen terbentuk dari sisa-sisa kuno, mikroskopis ganggang ( diatom )
dan hal-hal sekali-hidup lainnya. Sisa-sisa
tersebut disimpan di lumpur di dasar laut atau danau di mana organisme hidup.
Di bawah panas (di atas 50 ° C) dan tekanan dari
pemakaman jauh di dalam bumi, sisa-sisa diubah menjadi bahan seperti aspal /
bitumen, kerogen , atau minyak bumi.
Deposito alami
aspal / bitumen termasuk danau seperti Danau pitch di Trinidad dan Tobago dan
Danau Bermudez di Venezuela. Alami merembes dari aspal / bitumen terjadi di La Brea Tar
Pits dan di Laut Mati . Aspal / bitumen juga terjadi di batupasir yang tidak
terkonsolidasi dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan
sejenisnya “tar pasir” di Utah, AS. Provinsi
Kanada Alberta memiliki sebagian dari cadangan dunia aspal alam, dalam tiga
deposito besar yang meliputi 142.000 kilometer persegi (55.000 sq mi), area
yang lebih besar dari Inggris atau negara bagian New York . Ini pasir bituminous berisi 166 miliar barel (26,4 × 10 9
m 3) cadangan minyak komersial didirikan, memberikan Kanada terbesar
ketiga cadangan minyak di dunia. dan menghasilkan
lebih dari 2,3 juta barel per hari (370 × 10 3 m 3 / d)
dari minyak mentah berat dan minyak mentah sintetis . Meskipun secara historis itu digunakan tanpa pemurnian untuk
membuka jalan, hampir semua aspal sekarang digunakan sebagai bahan baku untuk
kilang minyak di Kanada dan Amerika Serikat.
Deposit terbesar
di dunia aspal alam, yang dikenal sebagai pasir minyak Athabasca terletak di
Formasi McMurray dari Northern Alberta. Formasi ini dari awal Cretaceous , dan terdiri dari berbagai
lensa pasir minyak bearing dengan minyak hingga 20%. Studi isotop atribut
deposito minyak menjadi sekitar 110 juta tahun. Dua kecil tapi masih formasi
yang sangat besar terjadi di pasir minyak Peace River dan pasir minyak Danau
Dingin , di sebelah barat dan tenggara dari pasir minyak Athabasca,
masing-masing. Aspal deposito Alberta, hanya
bagian dari pasir minyak Athabasca cukup dangkal cocok untuk pertambangan
permukaan. 80% lainnya harus diproduksi oleh
sumur minyak menggunakan enhanced oil recovery teknik seperti drainase
gravitasi uap dibantu .
Minyak berat
atau aspal deposito jauh lebih kecil juga terjadi di Uinta Basin di Utah, AS.
kira-kira 6% aspal. Aspal / bitumen terjadi di pembuluh darah hidrotermal .
Contoh dari ini adalah dalam Uinta Basin dari Utah, di
Amerika Serikat, di mana ada segerombolan lateral dan vertikal vena yang luas
terdiri dari hidrokarbon padat disebut Gilsonite . Vena ini dibentuk oleh polimerisasi dan pemadatan hidrokarbon
yang dimobilisasi dari serpih minyak yang lebih dalam dari Formasi Green River
selama penguburan dan diagenesis. Aspal / bitumen mirip dengan bahan organik di
meteorit karbon. Namun, studi rinci telah menunjukkan bahan-bahan tersebut
menjadi berbeda. Sumber daya yang luas Alberta aspal diyakini telah dimulai
sebagai bahan hidup dari tanaman dan hewan laut , terutama ganggang, yang mati
jutaan tahun yang lalu ketika sebuah laut kuno tertutup Alberta. Mereka tertutup oleh lumpur, dikubur dalam selama ribuan
tahun, dan dengan lembut dimasak dalam minyak dengan panas bumi pada suhu 50
sampai 150 ° C (120-300 ° F). Karena tekanan
dari meningkatnya dari Rocky Mountains di barat daya Alberta, 80-55000000 tahun
yang lalu, minyak didorong timur laut ratusan kilometer ke deposito pasir bawah
tanah yang ditinggalkan oleh dasar sungai kuno dan pantai laut, sehingga
membentuk pasir minyak. 😉
Komentar
Posting Komentar