PENJELASAN MENGENAI JENIS ASPAL, BAHAN SUSUN JALAN, PROSES TERJADINYA ASPAL


TEKNIK JALAN RAYA III

PENJELASAN MENGENAI JENIS ASPAL, BAHAN SUSUN JALAN, PROSES TERJADINYA ASPAL

1.       JENIS-JENIS ASPAL

Jenis aspal sendiri bermacam-macam, ada aspal dari alam, aspal buatan hasil distilasi hingga aspal yang dimodifikasi.
Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing jenis aspal tersebut.
A. Aspal Alam
Aspal alam adalah aspal yang berasal langsung dari alam tanpa melewati serangkaian proses pengolahan yang rumit. Aspal alam yang berbentuk batuan bisa diperoleh di Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Aspal alam yang bersifat plastis bisa ditemukan di Danau Pitch, Republik Trinidad. Sedangkan aspal yang memiliki wujud berada di sekitar perairan segitiga Bermuda. Berbeda dengan segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni, kandungan aspal yang terdapat di Pulau Buton dan Danau Pitch tidak murni dan tercampur dengan mineral yang lain.
Material aspal yang berasal dari alam didapat dari proses alami, baik dari gunung aspal maupun dari danau.
1. Aspal Batu / Rock Asphalt
Aspal gunung juga sering disebut dengan aspal batu. Di Indonesia, sumber daya alam aspal terbesar didapat dari pulau Buton yang gunung aspalnya dikenal dengan sebutan asbuton. Jenis aspal itu juga sering disebut BUTAS ( Buton Aspal ), terdapat pada batu-batu karang sehingga bercampur dengan kapur (CaCo). Umumnya berupa susunan bahan 35 % bitumen, 60% bahan mineral, dan 5% bahan lainnya. Pemakaian aspal dari batuan harus mengalami proses ekstraksi yang kemudian dicampur dengan minyak pelunak.

Proses terjadinya rock asphalt adalah terjadi pada daerah yang mengandung minyak bumi dan aspal.Akibat terjadinya gerakan-gerakan pada lapisan kulit bumi menyebabkan terjadinya penurunan atau retak-retak pada permukaan bumi.Dengan adanya tekanan dari bawah lapisan kulit bumi menyebabkan keluarnya minyak bumi.Apabila tekanan yang tejadi besar, maka minyak bumi akan keluar dengan aspal yang dikandungnya, akan tetapi sebaliknya, apabila tekanan itu lemah maka minyak bumi akan merembes melalui retakan-retakan dan aaspal itu tertinggal. Pada proses perjalanan minyak bumi tadi, akan melalui batuan-batuan yang sifatnya p[orous sehingga minyak bumi yang mengandung aspal akan meresap pada lapisan batuan porous tersebut dan terjadilah rock asphalt.

Indonesia memiliki aspal alam yaitu di Pulau Buton, yang terkenal dengan nama Asbuton (Aspal Pulau Buton). Penggunaan asbuton sebagai salah satu material perkerasan jalan telah dimulai sejak tahun 1920, walaupun masih bersifat konvensional. Asbuton merupakan batu yang mengandung aspal. Asbuton merupakan material yang ditemukan begitu saja di alam, maka kadar bitumen yang dikandungnya sangat bervariasi dari rendah sampai tinggi.


Produk asbuton dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
    1. Produk asbuton yang masih mengandung material filler, seperti asbuton kasar,asbuton halus,asbuton mikro, dan butonite mastik asphalt. (Kadar bitumen <20 )
       2. Produk asbuton yang telah dimurnikan menjadi aspal murni melalui proses ekstrasi atau proses kimiawi. Produk ini bisa langsung dipakai untuk mengaspal jalan. (Kadar bitumen >20%)

2. Aspal Danau / Lake Asphalt
Sedangkan di belahan dunia lain, aspal danau akan banyak ditemukan di pulau Trinidad dan Venezuela yang aspalnya memiliki campuran mineral, bitumen serta bahan organik lain. Angka penetreasi dari jenis aspal danau memiliki tingkat yang rendah dan titik lembek yang cukup tinggi. Oleh sebab itu penggunaan aspal danau akan dicampur dengan aspal keras agar mendapatkan tingkat penetrasi yang diinginkan.

3. Aspal Cair
Aspal ini terdapat di Segitiga Bermuda yang mengandung aspal murni.

B. Aspal Buatan/ Aspal Minyak
Aspal buatan adalah aspal yang terbuat dari minyak bumi yang diproses sedemikian rupa menggunakan metode tertentu yang relatif rumit. Proses ini disebut destilasi. Destilasi sendiri merupakan proses penyulingan yang memisahkan minyak bumi dengan fraksi di dalamnya dengan menaikkan temperatur minyak bumi tersebut.
Secara garis besar aspal buatan ini terbagi menjadi tiga, yaitu aspal keras, aspal cair, dan aspal emulsi.
1. Aspal Keras/ Asphalt Cement
Aspal keras adalah aspal yang mempunyai tingkat kekerasan yang tinggi. Penetrasi yang dimiliki oleh aspal ini berkisar antara 60-80. Aspal keras umumnya dipakai menjadi bahan baku pembentuk jalan aspal. Aspal keras merupakan hasil residu dari proses destilasi sederhana dari fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dan fraksi di dalamnya. Aspal ini juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan Asphalt Cement. Residu ini dihasilkan dari destilasi hampa pada suhu 480o C atau bervariasi, tergantung dari sumber minyak mentah yang digunakan.
Asphalt cement pada temperatur ruang (25oC – 30oC) berbentuk padat. Aspal semen terdiri dari beberapa jenis tergantung dari proses pembuatannya dan jenis minyak bumi asalnya. Pengelompokkan aspal semen dapat dilakukan berdasarkan nilai penetrasi pada temperatur 25oC ataupun berdasarkan nilai viskositanya. Di Indonesia aspal semen biasanya dibedakan berdasarkan nilai penetrasinya,yaitu :
1. AC pen 40/50, yaitu AC dengan penetrasi antara 40-50
2. AC pen 60/70, yaitu AC dengan penetrasi antara 60-70
3. AC pen 85/100, yaitu AC dengan penetrasi antara 85-100
4. AC pen 120/150, yaitu AC dengan penetrasi antara 120-150
5. AC pen 200-300, yaitu AC dengan penetrasi antara 200-300

Aspal cement dengan penetrasi rendah digunakan di daerah bercuaca panas  atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen dengan penetrasi tinggi digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah. Di Indonesia pada umumnya dipergunakan aspal semen dengan penetrasi 60-70 dan 80-100.

2. Aspal Cair / Aspal Dingin (Cut Back Asphalt)
Aspal cair adalah aspal yang memiliki wujud cair. Paling sering aspal ini dimanfaatkan untuk keperluan pengikatan bahan bangunan. Aspal cair adalah campuran antara aspal semen dengan bahan pencair dari hasil penyulingan minyak bumi. Dengan demikian cut back asphalt berbentuk cair dalam temperatur ruang. Aspal yang digunakan sebagai lapis resap pengikat (prime coat) yaitu aspal tipe MC-30, MC-70, atau MC-250. Sementara itu, tipe aspal yang dipakai untuk lapis pengikat (tack coat) antara lain RC-70 atau RC-250.
Produksi jenis aspal cair didapat dari melarutkan aspal keras dengan pelarut berbasis minyak yang didapat dari proses distilasi. Berdasarkan bahan cairnya dan kemudahan menguap bahan pelarutnya, aspal cair dibedakan atas :

1. RC (Rapid Curing Cut Back):Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bensin atau premium. RC merupakan cut back aspal yang paling cepat menguap.
RC cut back asphalt digunakan sebagai:
  - Tack coat (Lapis perekat)
  - Prime Coat (Lapis resap pengikat)

2. MC (Medium Curing Cut  Back):Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan pencair yang lebih kental seperti minyak tanah. Pelarutnya tidak begitu cepat menguap

3. SC (Slow Curing Cut Back) yang bahan pelarutnya lambat menguap dengan bahan pelarut solar.
SC Cut back asphalt  digunakan sebagai:
   - Prime  coat
   - Dust laying (lapis pengikat debu)
4. Merupakan aspal semen yang dilarutkan dengan bahan yang lebih kental seperti solar. Aspal jenis ini merupakan cutback aspal yang paling lama  menguap.

3. Aspal emulsi
Aspal jenis ini dihasilkan dari proses emulsi aspal keras di mana proses tersebut merupakan proses pemisahkan dan pendispersian partikel aspal keras di dalam air yang sudah mengandung emulsifier. Emulsifer agent merupakan ion bermuatan listrik (Elektrolit), (+) Cation, (-) Annion. Emulsifer agent berfungsi sebagai stabilisator. Proses ini menghasilkan partikel yang sangat kecil namun memiliki kemampuan mengikat dengan cepat.

Jenis emulsifer yang digunakan akan mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan aspal emulsi yang nantinya akan dihasilkan. Hasil dari aspal emulsi tersebut terdapat tiga jenis, antara lain aspal emulsi non ionic (bersifat netral), aspal emulsi kationik (memiliki ion positif) dan aspal emulsi anionic (memiliki ion negatif). Kelebihan-kelebihan dari aspal emulsi ialah gampang digunakan, memiliki daya ikat yang baik, dan tahan terhadap cuaca yang ekstrim. Seluruh rangkaian proses pengolahan tersebut biasanya dilaksanakan di pabrik khusus pembuatan aspal.
Berdasarkan muatan listrik yang dikandungnya, aspal emulsi dapat dibedakan atas :
     1. Kationik, disebut juga aspal emulsi asam, merupakan aspal emulsi yang bermuatan arus listrik positif.
     2. Anionik, disebut juga aspal emulsi alkali, merupakan aspal emulsi yang bermuatan negatif.
     3.Nanionik, merupakan aspal emulsi yang tidak mengalami ionisasi, berarti tidak mengantarkan listrik.
Yang umum digunakan sebagai bahan perkerasan jalan adalah aspal emulsi anionik dan kationik.
Berdasarkan kecepatan pengerasannya aspal emulsi dibedakan atas
    • Rapid Setting (RS), aspal yang mengandung sedikit bahan pengemulsi sehingga pengikatan cepat terjadi. digunakan untuk Tack Coat
    • Medium Setting (MS), digunakan untuk Seal Coat
    • Slow Seeting (SS), jenis aspal emulsi yang paling lambat menguap, digunakan Sebagai Prime coat


C. Aspal Modifikasi
Jenis aspal yang satu ini merupakan aspal yang dibuat dari campuran antara aspal buatan khususnya aspal keras dengan bahan tambahan tertentu. Umumya yang digunakan sebagai bahan campuran adalah berbagai jenis polymer seperti polymer plastomer dan polymer elastomer. Campuran bahan tersebut berfungsi untuk meningkatkan elastisitas serta sifat fisik pada aspal modifikasi.
Bahan campuran tambahan yang populer digunakan adalah polymer hadala, sehingga bahan aspal modifikasi ini sering disebut dengan aspal polymer.

Aspal polimer ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Aspal polymer plastomer
Penambahan bahan polymer pada aspal berfungsi untuk meningkatkan sifat fisik campuran aspal dan sifat rheologinya. Jenis polymer plastomer yang banyak digunakan adalah EVA (Ethylene vinyle acetate), Polyethilene dan Polypropilene.

2. Aspal polymer elastomer
Aspal jenis ini sering digunakan sebagai campuran aspal keras karena dapat memperbaiki sifat rheologi aspal yang meliputi penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Aspal polymer elastomer jenis SBS (Styrene butadiene sterene), SBR (Styrene butadiene rubber), SIS (Styrene isoprene styrene) dan karet hadala adalah yang umum digunakan sebagai pencampur penambah aspal keras. Penambahan tersebut harus melewati uj laboratorium karena jika berlebihan akan menimbulkan efek negatif pada aspal.

2.       BAHAN SUSUN ASPAL
Secara umum bahan susun Beton Aspal terdiri atas:
1.      Agregat
Agregat merupakan sekumpulan butiran batu pecah, kerikil, pasir ataupun komposisi mineral lainnya, baik hasil alam (natural aggregate), hasil olahan (manufacture aggregate) maupun hasil buatan (synthetic aggregate) yang digunakan sebagai bahan penyusun perkerasan jalan.
Menurut Asphalt Institute (2001) agregat adalah suatu mineral padat dan keras yang digunakan pada campuran aspal panas, yang dapat berupa pasir, kerikil batu pecah, slag dan debu batu. Agregat adalah 90-95% berdasarkan berat dan 75-85% berdasarkan volume dari sebagian besar campuran aspal panas. Dengan demikian daya dukung, keawetan dan mutu perkerasan jalan tergantung dari sifat agregat dan hasil pencampuran agregat dengan aspal.
Jenis agregat menurut ukuran butirnya diklasifikasikan sebagi berikut:
1.      Agregat kasar, batuan yang tertahan saringan Nomor 8 (2,36 mm)
2.      Agregat halus, batuan yang lolos saringan Nomor 8 (2,36 mm) dan tertahan saringan Nomor 30 (0,6 mm)
3.      Bahan pengisi (filler), batuan lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm)
Bahan pengisi (filler) adalah kumpulan mineral agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) digunakan untuk mengisi rongga di antarapartikel bahan susun lapis keras. Menurut Bina Marga (1987), filler adalah bahan berbutir halus yang lolos saringan Nomor 30 (0,6 mm) dimana prosentase berat butir yang lolos saringan Nomor 200 minimum 65%.
Secara umum, syarat agregat dapat digunakan sebagai bahan jalan yaitu:
a.       Tahan lama (durable-resistance to abrasive), batuan harus mempunyai kualitas yang cukup tahan terhadap pemecahan degradasi (timbulnya bahan-bahan halus yang besarnya lolos saringan #100 dan tertahan #200 yang disebabkan oleh adanya gaya-gaya mekanis (lalulintas) atau gaya yang berlebihan sebelum dilakukan mixing atau pencampuran) dan disintegrasi (pemecahan atau pemisahan partikel-partikel batuan yang disebabkan karena gaya-gaya kimia).
b.      Kekuatan dan kekerasan agregat harus tahan terhadap keausan dan degradasi sehingga dapat memberikan kekuatan dukung campuran sebagai lapis permukaan.
c.     Tahan terhadap stripping (pengelupasan permukaan batuan), yaitu dituntut mempunyai adhesi yang baik dengan bahan ikatnya dan juga permukaan agregat yang bersih.
d.      Harus memiliki tahanan terhadap polishing agar dapat menyediakan koefisien gesek yang cukup dan dapat bertahan lama.
e.     Harus memiliki ketahanan terhadap cuaca, antara lain perubahan suhu, air dan kembang susut.
f.      Bentuk partikel yang menyudut (angular) akan mempunyai angka gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.
g.      Tekstur permukaan yang kesat dan kasar memberkan gaya gesek yang lebih besar sehingga akan meningkatkan stabilitas campuran.

2.      Aspal
Aspal merupakan campuran yang terdiri dari bitumen dan mineral yang berwarna cokelat hingga hitam, keras hingga cair, mempunyai sifat lekat yang baik, larut dalam lauran CS2, CCl4 maupun CHCl3 dengan sempurna serta mempunyai sifat berlemak dan tidak larut dalam air (Krebs and Walker, 1971).
Aspal didapatkan dengan proses proses destilasi minyak mentah denagn keadaan vakum udara pada suhu sekitar 480 C (900 F). temperature yang digunakan dapat berbeda tergantung dari jenis minyak mentah yang digunakan atau jenis aspal yang diproduksi.
Komposisi aspal terdiri dari 4 golongan senyawa kimia, yaitu asphaltenes, resins, aromatic dan saturates yang selanjutnya gabungan antara resins, aromatic dan saturates sering disebut kelompok maltenes. Kadar kelompok-kelompok kimia tersebut berbeda-beda sesuai dengan nilai penetrasi aspal.
Aspal pada konstruksi perkerasan jalan digunakan sebagai pengikat dan pengisi antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak dan sebagai pelindung dari air, selain itu sebagai bahan pengikat yang memberikan ikatan yang kuat antar aspal dan agregat dan antar aspal itu sendiri. Karena fungsinya yang vital, maka aspal harus mempunyai daya tahan terhadap cuaca, mempunai adhesi, kohesi dan memberikan sifat elastic yang tinggi.
Beberapa persyaratan aspal sebagai bahan jalan adalah:
a.     Kekakuan (stiffness), dalam hal ini aspal harus memiliki kekakuan atau kekerasan yang cukup agar cukup dapat mempertahankan bentuknya.
b.      Mudah dikerjakan (workability)
Workability yang cukup akan memudahkan pelaksanaan penggelaran bahan dan juga dalam pemadatannya untuk memperoleh lapis yang pada dan kompak.
c.       Kuat tarik (tensil strength) dan adhesi (adhesion)
Kuat tarik dan adhesi yang cukup sangat diperlukan agar lapis perkerasan yang dibuat akan tahan terhadap retak (cracking) yang ditambah oleh kuat tarik, pengulitan (stripping) yang ditahan oleh adhesi, goyah (raveling) yang ditahan oelh kuat tarik atau adhesi.
d.      Tahan terhadap cuaca
Kondisi perkerasan jalan yang mengalami perubahan cuaca mengharuskan aspal mempunyai sifat ini sehingga dapat memenuhi kebutuhan lalulintas serta tahan lama.

Sifat aspal yang dominan pada perilaku lapisan aspal keras jalan adalah termoplastis dan sifat keawetan (durability). Sifat termoplastis, yaitu jika dipanaskan akan melembek dan dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel atau agregat selama proses pembuatan aspal campuran panas. Sedangkan sifat keawetan, yaitu kemampuan aspal mempertahankan sifat aspalnya akibatnya proses pelaksanaan konstruksi, pengaruh cuaca dan beban lalulintas pada masa pelayanan.
Dalam kaitannya sebagai unsur hidrokarbon yang sangat kompleks, setiap sumber minyak bumi menghasilkan molekul aspal yang berbeda-beda sifat fisiknya sehingga perlu adanya pemeriksaaan laboratorium untuk setiap aspal yang akan digunakan. Hasil pengujian laboratorium tersebut harus memenuhi spesifikasi sifat fisik aspal yang telah ditetapkan. Penambahan additive pun mempengaruhi sifat fisik aspal, dimana tujuan dari penambahan additive ini adalah utnuk meningkatkan kualitas aspal.

Pengujian yang dilakukan terhadap sifat fisik aspal antara lain sebagai berikut:
a.       Penetrasi (penetration)
Pengujian penetrasi aspal adalah untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal. Nilai penetrasi yang besar menunjukkan aspal yang lunak dan sebaliknya nilai penetrasi yang kecil menunjukkan aspal yang keras. Pengujian penetrasi juga dilakukan setelah adanya kehilangan berat. Hubungan nilai penetrasi dalam pelaksanaan terkait dengan suhu perkerasan, lokasi penggunaan aspal, jenis konstruksi dan kepadatan lalu lintas.
b.      Titik lembek aspal (softening point)
Pengujian ini merupakan indicator kepekaan aspal terhadap temperature. Titik lembek merupakan suhu pada saat aspal menjadi lembek karena pembebanan dan kecepatan pembebanan tertentu. Aspal dengan titik lembek yang rendah menunjukkan aspal tersebut sanagt peka terhadap pengaruh suhu sehingga aspal tersebut kurang baik jika digunakan.
c.       Titik nyala (flash point)
Titik nyala adalah suhu diaman pada saat terlihat nyala singkat pada suatu titik diatas permukaan aspal. Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui temperature maksimum pemanasan aspal sehingga aspal tidak terbakar.
d.      Kehilangan berat (lost in heating)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengurangan berat aspal akibat penguapan bahan-bahan yang mudah menguap dalam aspal. Penurunan berat yang besar menunjukkan banyaknya bahan yang hilang karena penguapan sehingga aspal akan cepat mengeras dan menjadi rapuh.
e.       Kelarutan dalam CCl4 (solubility)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kemurnian aspal. Jika semua bitumen yang diuji larut dalam karbon tetra klorida (CCl4) maak bitumen tersebut murni.
f.       Daktilitas (ductility)
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal itu sendiri dan juga sifat elastisitas dari aspal. Untuk dapat mengetahui perubahan suhu perkerasan, aspal mempunyai daktilitas yang tinggi, namun jika terlalu tinggi akan memberikan performance yang kurang baik.
g.      Berat jenis (specific gravity)
Berat jenis aspal meruapakn perbandingan berat aspal dan berat air pada volume yang sama dan pada suhu tertentu. Berat jenis aspal diperlukan untuk perhitungan analisa campuran.
h.      Viskositas (viscosity)
Pemeriksaan viskositas bertujuan untuk mengetahui kekentalan aspal. Viskositas aspal erat kaitannya dengan kemudahan pengerjaan aspal dalam proses pencampuran atau penyemprotan serta memaksimalkan pemadatan. Dari hasil pemeriksaan akan diperoleh temperature untuk kekentalan aspal yang paling baik dalam proses pencampuran dan penyemprotan.

3.        PROSES TERJADINYA ASPAL
Sebagian besar dari aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak bumi. Meskipun demikian, sejumlah besar aspal terjadi dalam bentuk terkonsentrasi di alam. Alami deposito aspal / bitumen terbentuk dari sisa-sisa kuno, mikroskopis ganggang ( diatom ) dan hal-hal sekali-hidup lainnya. Sisa-sisa tersebut disimpan di lumpur di dasar laut atau danau di mana organisme hidup. Di bawah panas (di atas 50 ° C) dan tekanan dari pemakaman jauh di dalam bumi, sisa-sisa diubah menjadi bahan seperti aspal / bitumen, kerogen , atau minyak bumi.
Deposito alami aspal / bitumen termasuk danau seperti Danau pitch di Trinidad dan Tobago dan Danau Bermudez di Venezuela. Alami merembes dari aspal / bitumen terjadi di La Brea Tar Pits dan di Laut Mati . Aspal / bitumen juga terjadi di batupasir yang tidak terkonsolidasi dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan sejenisnya “tar pasir” di Utah, AS. Provinsi Kanada Alberta memiliki sebagian dari cadangan dunia aspal alam, dalam tiga deposito besar yang meliputi 142.000 kilometer persegi (55.000 sq mi), area yang lebih besar dari Inggris atau negara bagian New York . Ini pasir bituminous berisi 166 miliar barel (26,4 × 10 9 m 3) cadangan minyak komersial didirikan, memberikan Kanada terbesar ketiga cadangan minyak di dunia. dan menghasilkan lebih dari 2,3 juta barel per hari (370 × 10 3 m 3 / d) dari minyak mentah berat dan minyak mentah sintetis . Meskipun secara historis itu digunakan tanpa pemurnian untuk membuka jalan, hampir semua aspal sekarang digunakan sebagai bahan baku untuk kilang minyak di Kanada dan Amerika Serikat.
Deposit terbesar di dunia aspal alam, yang dikenal sebagai pasir minyak Athabasca terletak di Formasi McMurray dari Northern Alberta. Formasi ini dari awal Cretaceous , dan terdiri dari berbagai lensa pasir minyak bearing dengan minyak hingga 20%. Studi isotop atribut deposito minyak menjadi sekitar 110 juta tahun. Dua kecil tapi masih formasi yang sangat besar terjadi di pasir minyak Peace River dan pasir minyak Danau Dingin , di sebelah barat dan tenggara dari pasir minyak Athabasca, masing-masing. Aspal deposito Alberta, hanya bagian dari pasir minyak Athabasca cukup dangkal cocok untuk pertambangan permukaan. 80% lainnya harus diproduksi oleh sumur minyak menggunakan enhanced oil recovery teknik seperti drainase gravitasi uap dibantu .
Minyak berat atau aspal deposito jauh lebih kecil juga terjadi di Uinta Basin di Utah, AS. kira-kira 6% aspal. Aspal / bitumen terjadi di pembuluh darah hidrotermal . Contoh dari ini adalah dalam Uinta Basin dari Utah, di Amerika Serikat, di mana ada segerombolan lateral dan vertikal vena yang luas terdiri dari hidrokarbon padat disebut Gilsonite . Vena ini dibentuk oleh polimerisasi dan pemadatan hidrokarbon yang dimobilisasi dari serpih minyak yang lebih dalam dari Formasi Green River selama penguburan dan diagenesis. Aspal / bitumen mirip dengan bahan organik di meteorit karbon. Namun, studi rinci telah menunjukkan bahan-bahan tersebut menjadi berbeda. Sumber daya yang luas Alberta aspal diyakini telah dimulai sebagai bahan hidup dari tanaman dan hewan laut , terutama ganggang, yang mati jutaan tahun yang lalu ketika sebuah laut kuno tertutup Alberta. Mereka tertutup oleh lumpur, dikubur dalam selama ribuan tahun, dan dengan lembut dimasak dalam minyak dengan panas bumi pada suhu 50 sampai 150 ° C (120-300 ° F). Karena tekanan dari meningkatnya dari Rocky Mountains di barat daya Alberta, 80-55000000 tahun yang lalu, minyak didorong timur laut ratusan kilometer ke deposito pasir bawah tanah yang ditinggalkan oleh dasar sungai kuno dan pantai laut, sehingga membentuk pasir minyak. 😉
                                                          










Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS ( Langkah - langkah Dalam Pembuatan Web Blog Berbayar)

PENJELASAN TENTANG JENIS AGREGAT,JENIS-JENIS PENGUJIAN BAHAN AGREGAT & GRADASI AGREGAT

PENJELASAN DETAIL TENTANG K3 & DOKUMEN LINGKUNGAN PEKERJAAN BIDANG JALAN